Ada suatu kisah yang ada di negeri antah beratah. Seorang anak
yang sering di manja oleh ibunya, saat anaknya bersalah karena tindakannya,
ibunya tidak pernah menyalahkannya. Dan hingga akhirnya anak tersebut menjadi
anak yang tidak pernah nurut perkataan orang tuannya dan selalu membatah kalau
disuruh.
Dan pada suatu hari yang mendung dan dingin, sanga ibu cemas
karena si anak tidak pulang-pulang, padahal ini sudah hampir memasuki jam
malam. Akhirnya dengan khawatirnya sang ibu pun mencari di tempat sang anak
biasanya bermain tapi tak di dtemukan si anak tersebut.
Dan akhirnya sang ibu pun kembali pulang, menunggu si anak
pulang dengan sendirinya. Lalu ada seseorang datang menghampir sang ibu
tersebut dan memberitahukan kalau si anak ternyata kecelakan.
Setelah di beritahu, sang ibu pergi bersama anak yang paling
tua untuk menjenguk si anak tersebut di rumah sakit. Setelah di rawat, si anak
pun tertidur pulas, dan beberap saksi yang melihat kecelekan tersebut melihat
kalau si anak ibu tersebut di bonceng temanya.
Tapi ada yang aneh dari cerita bapak tersebut, katanya kalau
anak ibu tersebut berboncengan tiga, sang ibu tersebut kaget, karena kecelakaan
tersebut hanya dua orang saja yaitu anak sang ibu dan teman si anak tersebut.
Dan akhirnya membuat kesimpulan kalau peristiwa tersebut
adalah hal mistis atau goib, mereka beranggapan kalau ada jin yang menumpang di
motor si anak dan temanya tersebut. Akhhirnya si jin pun di persalahkan atas
kecelakaan tersebut.
Itulah sedikit kisah yang diambil dari kisah nyata yang ada,
kita bisa mengambil pelajaran dari kisah di atas, bagaimana kita harus mendidik
anak agar menjadi anak yang patuh pada orang tua.
Orang tua harus tegas dalam mendidi anak agar anak tau
batasan di berbuat, agar dia tau kalau yang dilakukan salah atau benar. Tapi dari
kisah di atas, kita bisa tahu kalau didikan yang diberikan sang ibu tersebut
adalah salah.
Kita pasti setuju kalau terlalu di manja seorang anak maka
akan semakin kurang ajar dan sulit untuk di nasehati. Nasehat baginya hanya
sebuah angin lalu yang hanya lewat telinga sebelah kanan keluar sebelah kiri,
hanya membuat efek geli.
Anak harus didik dengan tepat agar anak menjadi pribadi yang
baik di masyarakat dan keluarga, anak yang terdidik dengan baik tahu risiko apa
saja yang diperbuatnya, semua di pertimbangkan dengan baik sesuai ajaran dari
orang tua.
Tapi sudah menjadi tabiat buruk orang tua kalau memanjakan
anak berarti mendidik dengan benar, apalagi anak tersebut adalah anak terkahir
dari saudaranya, jadilah anak tersebut menjadi raja.
Nabi Muhammad SAW juga pernah mengingatkan kalau suatu saat
akan ada pembantu yang melahirkan rajanya, dan tanda-tanda itu sudah terlihat
di dekat kita. Seorang anak yang selalu memerinta orang tua dan anehnya orang
tau tersebut mau saja seperti kerbau di cocog hidungnya, nurut kemana saja
sesuai kemauan manusia.
Budaya seperiti ini bukanlah budaya Indonesia yang
menjunjung tinggi sopan santu yang penuh etika dalah menghormati orang yang
lebih tua. Tapi karena kasih sayang yang berlebihan, maka semua kesalahan anak
di timpa ke orang lain yang membuat anaknya salah, termasuk juga makhluk halus.
Cerita diatas juga membuktikan kalau masyarakat kita masih
sangat percaya kalau makhluk halus bisa membunuh seseorang atau mencelakan
orang. Padahal selama ini makhluk halus hanya bisa di lihat oleh orang tertentu
saja dan tidak terbukti kalau makhluk halus itu ada.
Dan cerita di atas juga yang menjadi saksi adalah orang yang
sudah tua sekitar 60 tahunan yang bisa jadi kalau orang tua tersebut sudah
tidak bisa dengan jelas melihat, atau sudah memiliki minus di matanya.
Tapi para orang tau si anak tersebut percaya saja perkataan
tersebut, mereka tak berpikir secata ilmiah kalau kecelakaan itu disebabkan
oleh anak yang tidak bisa mendendari dengan baik yang akhirnya kecelakaan.
Ini menujukkan kalau hal mistis memang sangat sulit di
hilangkan dari masyarakat kita. Seperti kata Tan malaka dalam bukunya ‘Madilog’,
masyarakat kita harus lepas dari hal mistis jika ingin merdeka, karena melawan
penjajahan bukan dengan misitis tapi dengan perlawanan yang nyata.
Jadi ada baiknya kita masyarakat Indonesia jangan terlalu
hal-hal mistis seperti itu. Hal tersebut akan membuat logika kita tidak bisa
bekerja dengan baik dan menjadi gagal berlogika, pecaya hal misitis boleh-boleh
saja asal jangan sampai semua sesuatu di kaitkan dengn hal mistis. Karena percaya
hal mistis adalah warisan dari leluhur agar kita menghormarti leluruh.
Kesimpulanya dari cerita ini adalah masih banyak orang yang
memanjakan anaknya hingga akhirnya menyalahkan sesuatu (mistis). Mereka tak mau
menasehati anaknya, mereka hanya maumenyalahkan saja, oleh karena itu mental
anak sekarang sangat lemah.
0 komentar:
Posting Komentar